Drama Abiss! Aku Mencintaimu Di Setiap Kehidupan, Tapi Selalu Harus Kehilanganmu

Judul: Aku Mencintaimu di Setiap Kehidupan, Tapi Selalu Harus Kehilanganmu

Babak 1: Istana Emas yang Membara

Aula Emas istana berkilauan di bawah cahaya ribuan lilin. Aroma dupa cendana bercampur dengan aroma keringat ketakutan. Kaisar Hongwei, dengan jubah naganya yang megah, duduk di singgasana. Tatapan matanya yang setajam elang menyapu para pejabat yang berbaris rapi di bawahnya. Setiap wajah menyimpan rahasia, setiap senyum menyembunyikan ambisi. Di sinilah, di jantung kekuasaan, cinta dan pengkhianatan menari dalam harmoni yang mematikan.

Lady Mei, selir kesayangan Kaisar, berdiri anggun di sisi singgasana. Kecantikannya memukau, namun di balik mata indahnya tersimpan kecerdasan yang jarang dimiliki wanita di zaman itu. Ia adalah bidak yang paling berharga dalam permainan takhta, sekaligus sandera bagi hatinya sendiri.

Di sudut aula, berdiri Pangeran Rui, putra mahkota yang disisihkan. Sorot matanya mencerminkan kekecewaan mendalam. Ia mencintai Lady Mei, teramat sangat, namun ia tahu cintanya terlarang, bahkan membahayakan. Setiap kali mata mereka bertemu secara sembunyi, janji terucap tanpa kata: "Aku akan melindungimu, bahkan jika itu berarti mengorbankan diriku sendiri."

Namun, janji di istana seringkali hanyalah bisikan angin, lenyap ditelan ambisi.

Babak 2: Bisikan di Balik Tirai Sutra

"Lady Mei adalah duri dalam daging kita," desis kasim kepala, Li Wei, di balik tirai sutra. Suaranya serak, penuh kebencian. "Kaisar terlalu dibutakan olehnya. Kita harus menyingkirkannya."

Intrik istana mengalir seperti sungai yang gelap dan berbahaya. Fitnah, racun, dan pembunuhan adalah bahasa sehari-hari. Pangeran Rui, meskipun terbuang, memiliki jaringan mata-mata yang setia. Ia mendengar bisikan-bisikan itu, ia merasakan bahaya yang mengintai Lady Mei.

Ia memutuskan untuk bertindak. Malam itu, ia menyelinap ke kamar Lady Mei.

"Pergilah," bisiknya mendesak. "Mereka akan membunuhmu. Aku akan membantumu melarikan diri."

Lady Mei menatapnya dengan air mata berlinang. "Aku tidak bisa. Aku terikat di sini. Jika aku pergi, kau akan dituduh berkhianat."

"Cintaku padamu lebih besar dari nyawaku," jawab Pangeran Rui, dengan tegas. Ia mencium kening Lady Mei, ciuman perpisahan yang pahit.

Babak 3: Permainan Takhta yang Berdarah

Keesokan harinya, Lady Mei dituduh berkhianat. Bukti-bukti palsu ditanam, saksi-saksi bayaran bersumpah dusta. Kaisar Hongwei, hatinya hancur, menjatuhkan hukuman mati.

Pangeran Rui tidak bisa tinggal diam. Ia mencoba membela Lady Mei, namun usahanya sia-sia. Ia malah dituduh bersekongkol dan dipenjara.

Saat Lady Mei dibawa ke tempat eksekusi, ia menatap Pangeran Rui dengan senyum yang menyayat hati. "Di kehidupan selanjutnya," bisiknya lirih, "aku akan mencintaimu dengan bebas."

Pedang algojo diangkat.

Namun, sebelum pedang itu bisa menebas, sesuatu terjadi.

Babak 4: Kebangkitan Sang Phoenix

Lady Mei tidak mati.

Seorang kasim muda, dengan keberanian yang tak terduga, melompat ke depan dan menghentikan eksekusi. Ia mengungkapkan bahwa Lady Mei sebenarnya adalah putri dari Jenderal Agung yang telah difitnah dan dibunuh bertahun-tahun lalu! Ia telah menyamar untuk membalas dendam.

Aula menjadi hening. Kaisar Hongwei terkejut bukan main.

Lady Mei, dengan tenang, melepas jubah selirnya. Di bawahnya, ia mengenakan baju zirah penuh. Matanya menyala dengan api kemarahan dan tekad.

"Aku telah menunggu saat ini," katanya dengan suara dingin. "Kalian semua akan membayar atas kematian ayahku."

Ia memimpin pemberontakan yang berdarah. Pasukan setia Jenderal Agung muncul dari persembunyian. Istana emas yang megah itu berubah menjadi medan perang.

Pangeran Rui, yang dibebaskan oleh para pendukungnya, bergabung dengan Lady Mei. Mereka bertempur bersama, berdampingan.

Babak 5: Dendam yang Manis

Kaisar Hongwei dikalahkan dan dipenjara. Lady Mei, dengan kejam, menjatuhkan hukuman mati yang sama seperti yang dulu ditimpakan padanya.

Namun, di saat terakhir, ia mengampuni Pangeran Rui.

"Aku tidak bisa mencintaimu," katanya. "Cinta kita terlalu pahit, terlalu ternoda oleh darah dan pengkhianatan. Tapi aku akan memastikan kau memerintah dengan adil."

Ia kemudian menghilang, meninggalkan istana yang berlumuran darah dan takhta yang kosong.

Pangeran Rui menjadi Kaisar. Ia memerintah dengan bijaksana, mengenang cintanya yang hilang setiap hari.

Namun, di suatu malam yang sunyi, seorang kasim muda datang kepadanya. Ia menyerahkan sepucuk surat yang ditulis dengan tinta merah. Surat itu hanya berisi satu kalimat:

"Permainan baru saja dimulai."

You Might Also Like: Supplier Kosmetik Tangan Pertama Bisnis

Post a Comment